PELANGI DIATAS SIAPA???
sumber gambar;pixabay.com |
Setiap orang mencari kebahagiaan,bukan hanya orang yg tidak memiliki apa-apa,orang yg telah memiliki segalanya pun mencari kebahagiaan.
Orang miskin menilai,orang kaya bahagia,karena dengan hartanya,dia bisa membeli apapun yg diinginkan.
tetapi tidak sedikit orang kaya yg menilai orang miskin bahagia,karena dia memiliki yg orang kaya tidak punya.
Jadi,siapa yg benar-benar bahagia???
Ada perkataan,pelangi selalu diatas orang lain.
maksudnya,yg namanya kebahagiaan,kesenangan,selalu ada pada orang lain,tidak pada dirinya.
Inilah yg saya rasakan pada suatu malam saat ngobrol di pinggir jalan.
Pesertanya,seorang manajer,2 orang karyawan,1 orang teknisi perusahaan,dan saya tukang service kelas rumahan.
Sebagaimana biasa orang ngobrol,pembicaraan ngalor ngidul dari 1 topik ke topik lain,mengalir tanpa hambatan.
Namun yg saya rasakan malam itu adalah,pikiran saya dipenuhi penilaian-penilaian pada diri mereka satu-persatu.
Saya membandingkan hidup saya dengan hidup mereka,dan karena hal itu saya menjadi minder.
Saya menilai,bahwa hidup mereka telah bahagia,karena mereka telah mendapatkan apa yg mereka mau,dan kalaupun mau yg lain,mereka tetap bisa mendapatkannya.
Beda dengan saya,jangankan motor,keinginan memiliki komputerpun belum terealisir,dan sampai sekarang masih tetap mengandalkan warnet sebagai media saya belajar.
PENYADARAN DARI MERTUA
Suatu ketika saya pulang ke kampung istri,karena sudah rindu pada anak yg baru berumur 6 bulan..
Ketika sedang istirahat,bapak mertua pulang dari bekerja.
Dia bekerja sebagai tukang rongsokan,mengambil barang-barang bekas.
Kadang-kadang barang rongsokan yg dia bawa,masih cukup bagus,hanya dengan sedikit perbaikan,dapat dijual kembali dengan harga yg lumayan.
Sebagai orang yg mengerti elektronik,saya sering dimintai bantuan perbaikan(tentu tanpa ongkos service,masa sama mertua itung-itungan,hehehe).
Inilah yg saya rasakan pada suatu malam saat ngobrol di pinggir jalan.
Pesertanya,seorang manajer,2 orang karyawan,1 orang teknisi perusahaan,dan saya tukang service kelas rumahan.
Sebagaimana biasa orang ngobrol,pembicaraan ngalor ngidul dari 1 topik ke topik lain,mengalir tanpa hambatan.
Namun yg saya rasakan malam itu adalah,pikiran saya dipenuhi penilaian-penilaian pada diri mereka satu-persatu.
Saya membandingkan hidup saya dengan hidup mereka,dan karena hal itu saya menjadi minder.
Saya menilai,bahwa hidup mereka telah bahagia,karena mereka telah mendapatkan apa yg mereka mau,dan kalaupun mau yg lain,mereka tetap bisa mendapatkannya.
Beda dengan saya,jangankan motor,keinginan memiliki komputerpun belum terealisir,dan sampai sekarang masih tetap mengandalkan warnet sebagai media saya belajar.
PENYADARAN DARI MERTUA
Suatu ketika saya pulang ke kampung istri,karena sudah rindu pada anak yg baru berumur 6 bulan..
Ketika sedang istirahat,bapak mertua pulang dari bekerja.
Dia bekerja sebagai tukang rongsokan,mengambil barang-barang bekas.
Kadang-kadang barang rongsokan yg dia bawa,masih cukup bagus,hanya dengan sedikit perbaikan,dapat dijual kembali dengan harga yg lumayan.
Sebagai orang yg mengerti elektronik,saya sering dimintai bantuan perbaikan(tentu tanpa ongkos service,masa sama mertua itung-itungan,hehehe).
Dia mendatangi saya sambil menyerahkan barang berupa HANDYCAM....Saya terkejut campur heran,kok bisa dapat barang begini???
Kondisi masih lengkap,bahkan charger baterainya pun ada,hanya saja masih menggunakan kaset pita,belum dengan memory card.
Saya pun mengambilnya,lalu bawa pulang ke jakarta untuk dibedah.
Setelah dirumah,saya coba menyalakannya,namun layar hanya menyala sebentar kemudian mati.
Saya bersemangat untuk membongkarnya,untuk saya pelajari lebih lanjut,namun ketika itu saya disadarkan sesuatu.
Saya disadarkan,kalau saya menjadi bersemangat saat menemui hal baru untuk dipelajari.
Saya pun baru sadar,mengapa saya begitu semangat kalau akan pulang kampung,karena tanpa sadar,saya berpengharapan bapak membawa barang untuk saya bongkar tanpa rasa was-was.
Saya baru sadar,apa yg membuat saya berbahagia.
Saat kesadaran itu telah tumbuh,saya tidak peduli lagi dengan kebahagiaan orang lain.
Karena kebahagiaan mereka,belum tentu membuat saya bahagia.
Kondisi masih lengkap,bahkan charger baterainya pun ada,hanya saja masih menggunakan kaset pita,belum dengan memory card.
Saya pun mengambilnya,lalu bawa pulang ke jakarta untuk dibedah.
Setelah dirumah,saya coba menyalakannya,namun layar hanya menyala sebentar kemudian mati.
Saya bersemangat untuk membongkarnya,untuk saya pelajari lebih lanjut,namun ketika itu saya disadarkan sesuatu.
Saya disadarkan,kalau saya menjadi bersemangat saat menemui hal baru untuk dipelajari.
Saya pun baru sadar,mengapa saya begitu semangat kalau akan pulang kampung,karena tanpa sadar,saya berpengharapan bapak membawa barang untuk saya bongkar tanpa rasa was-was.
Saya baru sadar,apa yg membuat saya berbahagia.
Saat kesadaran itu telah tumbuh,saya tidak peduli lagi dengan kebahagiaan orang lain.
Karena kebahagiaan mereka,belum tentu membuat saya bahagia.
Dan ketika saya menilai diri saya dibanding bapak,memang secara ilmu saya diatasnya,tetapi yg membuat saya malu,bapak tidak pernah saya lihat mengeluh.
Dia menjalani pekerjaannya sebagai tukang rongsokan dengan tekun.
Walau kehidupan rumah tangganya selalu ada masalah,namun semua dijalani tanpa masalah.
Jadi,pelangi diatas siapa??
Jawaban saya,
SETIAP ORANG MEMILIKI PELANGINYA MASING-MASING,NAMUN TIDAK SEMUA MAMPU MELIHAT PELANGINYA SENDIRI................
Update
sekarang ini bapak selalu mendapatkan ponsel bekas,ada yang masih bagus,tapi lebih sering hanya pcb-nya saja,kebanyakan merk cina.
Meski kalau sudah rapi,harga jualnya jatuh sekali,saya tidak peduli,asal ponsel sudah jadi,saya merasa ada kepuasan tersendiri,lalu saya serahkan pada bapak.
Entah berapa bapak menjualnya,yang penting bapak merasa tidak sia-sia mencari barang bekas,meski hanya cukup untuk membeli beras.
Buat saya,semoga menjadi penebus kesalahan saya pada bapak kandung saya,karena selama hidupnya saya selalu menyakitinya.
Buat anda,semoga menjadi pelajaran agar tidak menyakiti orangtua,karena anda akan dihantui perasaan bersalah setelah mereka tiada.
Wassalam.
Jawaban saya,
SETIAP ORANG MEMILIKI PELANGINYA MASING-MASING,NAMUN TIDAK SEMUA MAMPU MELIHAT PELANGINYA SENDIRI................
Update
sekarang ini bapak selalu mendapatkan ponsel bekas,ada yang masih bagus,tapi lebih sering hanya pcb-nya saja,kebanyakan merk cina.
Meski kalau sudah rapi,harga jualnya jatuh sekali,saya tidak peduli,asal ponsel sudah jadi,saya merasa ada kepuasan tersendiri,lalu saya serahkan pada bapak.
Entah berapa bapak menjualnya,yang penting bapak merasa tidak sia-sia mencari barang bekas,meski hanya cukup untuk membeli beras.
Buat saya,semoga menjadi penebus kesalahan saya pada bapak kandung saya,karena selama hidupnya saya selalu menyakitinya.
Buat anda,semoga menjadi pelajaran agar tidak menyakiti orangtua,karena anda akan dihantui perasaan bersalah setelah mereka tiada.
Wassalam.
0 Response to "PELANGI DIATAS SIAPA???"
Post a Comment